A.
CIRI-CIRI
Tanaman apel
mempunyai karakteristik, berikut merupakan ciri-ciri yang dimiliki tumbuhan
apel :
Habitus
|
:
|
Perdu, tinggi 3-5 m
|
Batang
|
:
|
Berkayu, bulat,
bercabang, putih, kehijauan
|
Daun
|
:
|
Tunggal, bulat telur, ujung dan
pangkal runcing, tepi bergerigi, berbulu, berseling, di ujung cabang, panjang
3-15 sm, lebar 2-6 cm, pertulangan menyirip, hijau.
|
Bunga
|
:
|
Mejemuk, bentuk malai, di ujung
cabang, kelopak hijau, berbulu,
berbagi lima, benang sari banyak, putih, kepala sari kuning
kecoklatan, putik satu, putih kekuningan, putih
|
Buah
|
:
|
Buni, bulat, ujung
dan pangkal berlekuk, hijau keunguan
|
Biji
|
:
|
Kecil, pipih, voklat
kehitaman
|
Akar
|
:
|
Tunggang, putih
kecoklatan.
|
B. SYARAT TUMBUH
*Iklim
1) Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan
hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7
bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan
menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.
2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara
50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
3) Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar
75-85%.
*Media Tanam
1) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum
dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan
gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga
pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.
3) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel
adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
4) Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air
tanah yang cukup.
5) Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan
tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih
layak ditanami.
* Ketinggian
Tempat
Tanaman
apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dengan
ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.
C.
PEDOMAN BUDIDAYA
*Pembibitan
Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya. Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan okulasi atau penempelan (budding), sambungan (grafting) dan stek.
Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya. Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan okulasi atau penempelan (budding), sambungan (grafting) dan stek.
1) Persyaratan Benih
Syarat
batang bawah merupakan apel liar, perakaran luas dan kuat, bentuk pohon kokoh,
mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah berasal dari
batang tanaman apel yang sehat dan memilki sifat-sifat unggul.
2) Penyiapan Benih
2) Penyiapan Benih
Penyiapan
benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Anakan / siwilan
1.
Ciri anakan yang
diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit batang kecoklatan.
2.
Anakan diambil dari pangkal batang bawah
tanaman produktif dengan cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan
dicabut beserta akarnya secara berlahan-lahan dan hati-hati.
3.
Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan
cabang-cabang dipotong, lalu ditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan
kedalaman parit 40 cm.
b) Rundukan (layering)
b) Rundukan (layering)
1.
Bibit hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:
-
Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak panjang direbahkan melekat
tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah; penimbunan dilakukan
tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat dipisahkan dengan cara memotong
cabangnya.
-
Perundukan tempelan batang bawah: dilakukan pada waktu tempelan dibuka (2
minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang bawah, sekitar 2 cm
diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan dalam tanah kemudian ditekuk
lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit kayu atau bambu.
2.
Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit
dengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas
luka diolesi defolatan.
c) Stek
Stek
apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus), sebelum
ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan Roton F untuk merangsang
pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan ditanami dua baris.
Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang ± 1
cm dan perakaran cukup cukup kuat.
cm dan perakaran cukup cukup kuat.
3)
Teknik Pembibitan
a) Penempelan
1.
Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan, diameter
batang ± 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.
2.
Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon apel
varietas unggul yang telah terbukti keunggulannya. Caranya adalah dengan
menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya
ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hati agar matanya
tidak rusak
3.
Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20 cm dari
pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel. Lidah
tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.
4.
Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel dengan baik.
Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.
5.
Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompres dengan
ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar dan
melekat.
6.
Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dengan posisi
milintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang.
Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.
Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.
b) Penyambungan
1.
Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).
2.
Batang bawah dipotong pada ketinggian ± 20 cm dari leher akar.
3.
Potong pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang 2-5 cm.
4.
Cabang entres dippotong sepanjang ± 15 cm (± 3 mata), daunnya dibuang, lalu
pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan panjang
belahan batang bawah.
5.
Batang atas disisipkan ke belahan batang bawah, sehingga kambium keduanya bisa
bertemu.
6.
Ikat sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.
7.
Kerudungi setiap sambungan dengan kantung plastik. Setelah berumur 2-3 minggu,
kerudung plastik dapat dibuka untuk melihat keberhasilan sambungan.
4) Pemeliharaan pembibitan
Pemeliharaan
batang bawah meliputi
a)
Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing-masing 5 gram
per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.
b)
Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.
c)
Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)
d)
Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan
dengan memperhatikan gejala serangan. Fungisida yang digunakan adalah Antracol
atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis.
Bersama dengan ini dapat pula diberikan pupuk daun, ditambah perekat Agristic.
5) Pemindahan Bibit
Bersama dengan ini dapat pula diberikan pupuk daun, ditambah perekat Agristic.
5) Pemindahan Bibit
Bibit
okulasi grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapang pada
umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan
daunnya dirompes.
D.
PENGOLAHAN MEDIA TANAM
1)Persiapan
Persiapan
yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai.
Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah,
menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan.
2)
Pembukaan Lahan
Tanah
diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman
yang masih tertinggal.
3)
Pembentukan Bedengan
Pada
tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alu
penanaman.
4)
Pengapuran
Pengapuran
bertujuan untuk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran hanya dilakukan
apabila ph tanah kurang dari 6.
5)
Pemupukan
Pupuk
yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per
lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2
minggu.
E.
TEKNIK PENANAMAN
1)
Penentuan Pola Tanam
Tanaman
apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping. Intercroping hanya
dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2
tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping
pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat
rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi
udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
2. Pembuatan Lubang Tanam
rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi
udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran
lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah
bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurangkurangnya 20 kg.
Setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian
dikembalikan sesuai asalnya.
3. Cara Penanaman
3. Cara Penanaman
Penanaman
apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan
tegal dianjurkan pada musim hujan.
Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:
a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.
b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.
c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah tanah galian lubang.
Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:
a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.
b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.
c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah tanah galian lubang.
d.
Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan tangan
agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat ditahan
pada ajir dengan ikatan longgar.
F.
PEMELIHARAAN TANAMAN
1)
Penjarangan dan penyulaman
Penjarangan
tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati
atau dimatikan kerena tidak menghasilkan dengan cara menanam tanaman baru
menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.
2) Penyiangan
Penyiangan
dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma yang
dianggap dapat mengganggu tanaman. Pada kebun yang ditanami apel dengan jarak
tanam yang rapat (± 3x3 m), peniangan hampir tidak perlu dilakukan karena tajuk
daun menutupi permukaan tanah sehingga rumput-rumput tidak dapat tumbuh.
3)
Pembubunan
Penyiangan
biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan untuk
meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak tergenang air dan juga
untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen atau
bersamaan dengan pemupukan.
4) Perempalan/Pemangkasan
Bagian
yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang
tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan
bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak
produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang
menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk
yang diinginkan(4-5 tahun).
5) Pemupukan
Pada musim hujan/tanah sawah, Bersamaan rompes daun
G.
HAMA DAN PENYAKIT
*
Hama
1) Kutu hijau (Aphis pomi Geer)
Ciri:
kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada
yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam;
perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas dalam 3-4 hari.
Gejala:
(1)
nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan selsel
daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, dan buah;
daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, dan buah;
(2)
kutu menghasilkan embun madu yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang
tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting,
terlambat berbunga, buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek.
Pengendalian:
(1)
sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat);
(2)
dengan musuh alami coccinellidae lycosa;
(3)
dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air atau
1-1,6 liter;
(4)
Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2
minggu sekali;
(5)
Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air;
(6)
Convidor 200 SL dalam 600 liter/h air dengan interval penyemprotan 10 hari
sekali
(7)
Convidor ini dapat mematikan sampai telur-telurnya; cara penyemprotan dari atas
ke bawah. Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan
1-1,5 bulan setelah bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.
H.
PERKEMBANGAN
Salah satu bagian terpenting dalam usaha
budidaya adalah penyediaan
bibit yang berkualitas.
Bibit yang unggul menjadi awal keberhasilan budidaya itu sendiri, oleh karena
itu sangat penting bagi para pengusaha untuk memastikan bahwa bibit yang
digunakan dalam kondisi sehat dan berkualitas unggul. Demikian halnya dengan
budidaya Apel. Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan
vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering
menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya.
Teknik perbanyakan generatif dilakukan
dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan okulasi atau
penempelan (budding), sambungan (grafting) dan stek. Berikut akan dibahas
lebih lanjut penyediaan bibit tanaman apel dengan cara vegetatif.
Persyaratan
Benih
Syarat
batang bawah: merupakan apel liar, perakaran luas dan kuat, bentuk pohon kokoh,
mempunyai daya adaptasi tinggi.
Sedangkan
syarat mata tunas adalah berasal dari batang tanaman apel yang sehat dan
memilki sifat-sifat unggul.
Penyiapan Benih
Penyiapan
benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Anakan
/ siwilan
Salah
satu metode penyiapan benih pada tanaman apel yang dapat dilakukan adalah
dengan anakan /siwilan. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
§
Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit batang
kecoklatan.
§
Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara menggali
tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara
berlahan-lahan dan hati-hati.
§
Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, lalu
ditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.
2. Rundukan
(layering)
Bibit
hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:
o
Anakan pohon induk apel liar:
anakan
yang agak panjang direbahkan melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan
ditimbun tanah; penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas
dapat dipisahkan dengan cara memotong cabangnya
o
Perundukan tempelan batang bawah:
dilakukan
pada waktu tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian
penampang batang bawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan
dibenamkan dalam tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi
penjepit kayu atau bambu.
Setelah
rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit dengan cara
memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas luka
diolesi defolatan.
3. Stek
Penyediaan
bibit dengan cara stek dilakukan dengan cara : stek apel liar berukuran panjang
15-20 cm ( diameter seragam dan lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek
dicelupkan ke larutan Roton F untuk merangsang pertumbuhan akar. Jarak
penanaman yang ideal adalah 30 x 25 cm, tiap bedengan ditanami dua baris. Stek
pada tanaman apel siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang q 1 cm dan
perakaran cukup cukup kuat.
Teknik Pembibitan
a. Penempelan
Salah
satu tehnik pembibitan yang dapat dilakukan pada tanama apel adalah penempelan.
Proses pembibitan dengan cara penempelan adalah :
·
Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan, diameter
batang q 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.
·
Mata tunas yang sudah dipilih ditempel dari cabang atau batang sehat yang
berasal dari pohon apel varietas unggul yang telah terbukti keunggulannya.
Caranya adalah dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm
(Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hati agar
matanya tidak rusak
·
Selanjutnya buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi q
20 cm dari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel.
Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.
·
Kemudian masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel
dengan baik. Dengan pita plastik putih Ikat tempelan pada seluruh bagian
tempelan.
· Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan
dapat dibuka dan semprot/ kompres dengan ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai
tanda mata tempel berwarna hijau segar dan melekat.
· Pada okulasi yang jadi, kerat batang
sekitar 2 cm diatas okulasi dengan posisi milintang sedikit condong keatas
sedalam 2/3 bagian penampang. Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan
sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.
b. Penyambungan
Cara lain yang dapat digunakan adalah
dengan metode penyambungan. Caranya :
· Dipilih batang atas (entres) berupa
cabang (pucuk cabang lateral).
· Sedangkan batang bawah dipotong pada
ketinggian q 20 cm dari leher akar.
· Tahap berikutnya potong pucuknya dan
belah bagian tengah batang bawah dengan panjang 2-5 cm.
· Cabang entres dipotong sepanjang q 15
cm (q 3 mata), daunnya dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji.
Panjang irisan sama dengan panjang belahan batang bawah.
· Kemudian batang atas disisipkan ke
belahan batang bawah, sehingga kambium keduanya bisa bertemu.
· Proses berikutnya ikat sambungan dengan tali
plastik serapat mungkin.
· Langkah terakhir kerudungi setiap sambungan
dengan kantung plastik. Setelah berumur 2-3 minggu, kerudung plastik dapat
dibuka untuk melihat keberhasilan sambungan.
Pemeliharaan pembibitan
Pemeliharaan dilakukan dengan perawatan / pemeliharaan batang
bawah, meliputi:
§ Pemupukan : dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP
masing-masing 5 gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar
tanaman.
§ Penyiangan : waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan
gulma.
§ Pengairan : satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)
§ Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2
kali tiap bulan dengan memperhatikan gejala serangan. Fungisida yang digunakan
adalah Antracol atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau
Decis. Bersama dengan ini dapat pula diberikan pupuk daun, ditambah perekat
Agristic.
Pemindahan Bibit
Bibit okulasi grafting (penempelan dan
sambungan) dapat dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah
okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.
Persiapan atau penyediaan bibit apel dalam
budidaya dapat dipilih cara yang paling mudah dan memungkinkan, ditinjau dengan
kondisi lingkungan disekitarnya. Setelah bibit apel siap baru dilakukan tahapan
budidaya selanjutnya.
Salah satu bagian terpenting dalam usaha
budidaya adalah penyediaan
bibit yang berkualitas.
Bibit yang unggul menjadi awal keberhasilan budidaya itu sendiri, oleh karena
itu sangat penting bagi para pengusaha untuk memastikan bahwa bibit yang
digunakan dalam kondisi sehat dan berkualitas unggul. Demikian halnya dengan
budidaya Apel. Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan
vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering
menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya.
Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan
biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan okulasi atau penempelan
(budding), sambungan (grafting) dan stek. Berikut akan dibahas
lebih lanjut penyediaan bibit tanaman apel dengan cara vegetatif.
I. PENGOLAHAN
MEDIA TANAM
Tahapan pengolahan media tanam meliputi beberapa tahapan,
yaitu :
o Persiapan
Ada beberapa hal yang perlu dicermati dalam
persiapan media tanam. Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan
tanah dan pelaksanaan. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan
tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan
biaya yang diperlukan. Supaya kondisi media siap tanam dan mendukung
pertumbuhan bibit secara maksimal perlu dilakukan persiapan berikut :
* Pembukaan Lahan, Tanah diolah dengan cara
mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal
* Pembentukan Bedengan, Pada tanaman apel bedeng hampir
tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alur penanaman.
* Pengapuran, Pengapuran bertujuan untuk menjaga
keseimbangan pH tanah. Pengerjaan tahapan ini pelaksanaannya tergantung pada
kondisi tanah, yaitu hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.
* Pemupukan, Pupuk yang diberikan pada
pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang
dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.
J. TEKNIK
PENANAMAN
Penentuan Pola Tanam
Pola tanam suatu budidaya tergantung dari jenis
tanaman yang dibudidayakan. Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun
intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup
tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui
beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan
tanaman yang berhabitat rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain.
Berdasarkan karakteristik tanaman, tanaman apel
tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat
rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar
matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang
ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan
Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan
Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
Pembuatan Lubang Tanam
Agar lebih mudah dan efisien dalam melakukan penanaman,
dilakukan persiapan pembuatan lubang tanam terlebih dahulu. Ukuran lubang tanam
antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah
dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurangkurangnya 20 kg.
Setelah itu tanah dibiarkan selama 2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian
dikembalikan sesuai asalnya.
Cara Penanaman
Setelah lubang tanam dipersiapkan kita melangkah pada tahapan
selanjutnya yaitu proses penanaman. Penanaman apel dapat dilakukan baik pada
musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada
musim hujan.
Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:
§ Pertama masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang
tanam.
§ Kemudian bibit yang sudah dipersiapkan dimasukkan ke bagian
tengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.
§ Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar
dan ditambah tanah galian lubang.
§ Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara
perlahan dengan tangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin,
bibit dapat ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.
K.
PEMELIHARAAN TANAMAN
Setelah proses penanaman, perlu dilakukan perawatan tanaman
lebih lanjut agar pertumbuhan tanaman dapat optimal dan buah yag dihasilkan
berkualitas baik. Adapun cara pemeliharaan tanaman yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut :
Penyulaman tanaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau dimatikan
kerena tidak menghasilkan dengan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman
lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk
terdapat banyak gulma yang dianggap dapat mengganggu tanaman. Pada kebun yang
ditanami apel dengan jarak tanam yang rapat (q 3×3 m), peniangan hampir tidak
perlu dilakukan karena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga
rumput-rumput tidak dapat tumbuh.
Pembubunan
Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah.
Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar
tidak tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya
dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.
L.
MANFAAT
BUAH APEL
Manfaat Buah Apel:
Beberapa
khasiat dari buah apel adalah sebagai berikut.
1.
Melindungi tulang
2.
Asma
3.
Mencegah Al-zheimer
5.
Mencegah kanker paru-paru
6.
Mencegah Kanker Payudara
7.
Mencegah kanker usus
8.
Mencegah Kanker Hati
9.
Mengontrol diabetes
10.Mengurangi
berat badan
Kandungan Buah Apel:
Di dalam dunia kesehatan, Manfaat buah apel bisa membantu
diet atau menurunkan berat badan Anda. Dengan mengkonsumsi 1 apel dapat
mengurangi asupan kalori sebanyak 15%. Sebaiknya sebelum makan Anda konsumsi 1
buah apel karena dapat mengurangi kalori Anda kira-kira 185 kalori. Sehingga
jika di rata-rata per bulan maka Anda bisa membuang sebanyak 0,68 kg atau 9,07
kg per tahun.
DAFTAR PUSTAKA
0 comments:
Post a Comment